Sumber gambar : pinterest.com
Kinerja Menurut Para Ahli > Kinerja
merupakan istilah yang berasal dari kata job performance yang
diartikan sebagai hasil kerja pegawai/karyawan secara kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan serangkaian kegiatan dengan menggunakan sumber daya perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan per satuan periode waktu sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan. Kinerja karyawan
atau pegawai akan menggambaran mengenai tingkat pelaksanaan suatu program
kegitan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi
organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Berikut pengertian kinerja menurut para ahli. | |||
1. | Rivai dan
Basri (2005) Kinerja
adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama
periode tertentu dalam melakukan tugas dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria
yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama. | ||
2. | Armstrong
dan Baron dalam Wibowo (2007) Kinerja
merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan yang kuat dengan tujuan
strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada
ekonomi. | ||
3. | Sutrisno
(2009) Kinerja
merupakan hasil upaya seseorang yang ditentukan oleh kemampuan karakteristik
pribadinya serta persepsi terhadap perannya dalam pekerjaan itu. | ||
4. | Suntoro
dalam Pabundu (2006) Kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu
tertentu. | ||
5. | Moeheriono
(2009) Kinerja
merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program
kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi
organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. | ||
6. | Handoko
dalam Pabundu (2006) Kinerja
sebagai proses di mana organisasi mengevaluasi atau menilau prestasi kerja
karyawan. | ||
7. | Sulistiyani
dan Rosidah (2003) Kinerja
merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi karyawan tertentu atau
kegiatan yang dilakukan selama periode tertentu. | ||
8. | Wilson
(2012) Kinerja
adalah hasil pekerjaan yang dicapai seseorang berdasarkan
persyaratan-persyaratan pekerjaan (job requirement). | ||
9. | Mangkunegara (2005) Kinerja adalah hasil yang dicapai melalui serangkaian
kegiatan dan tata cara tertentu dengan menggunakan sumber daya perusahaan
untuk mencapai sasaran perusahaan yang ditetapkan. | ||
10. | Pasolong
(2007) Kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai
dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab
masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. | ||
11. | Robbins
(2001) Kinerja
adalah hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai
dibandingkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. | ||
12. | Wibowo
(2011) Kinerja
berasal dari pengertian performance, ada pula yang memberikan
pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja, namun,
sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja,
tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung. | ||
13. | Mathisdan Jackson
(2002) Kinerja adalah
apa yang dilakukan pegawai, sehingga ada yang mempengaruhi kombinasi pegawai
organisasi antara lain: kuantitas out put, kualitas out put, jangka
waktu out put, kehadiran ditempat kerja, dan sikap koperatif. | ||
14. | Sulistiyani
dan Rosidah (2003) Kinerja
merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi karyawan
tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode tertentu. | ||
Prinsip Dasar Manajemen Kinerja Adapun prinsip dasar manajemen kinerja
menurut Wibowo (2007) adalah sebagai berikut: | |||
1. | Kejujuran Kejujuran
menunjukkan diri dalam komunikasi umpan balik yang jujur diantara manajer,
pekerja dan rekan kerja. Kejujuran termasuk dalammengekspresikan pendapat,
menyampaikan fakta dan memberikan pertimbangan dan perasaan. | ||
2. | Pelayanan Setiap
aspek dalam proses kinerja harus memberikan pelayanannya kepada setiap
pekerja, manajer, pemilik dan pelanggan, dalam proses manajemen kinerja,
umpan balik dan pengukuran harus membantu pekerja dan perencanaan kinerja. | ||
3. | Tanggung
Jawab Merupakan
prinsip dasar dari pengembangan kinerja dengan memahami dan menerima tanggung
jawab atas apa yang mereka kerjakan dan tidak kerjakan untuk mencapai tujuan
mereka. Pekerja belajar tentang apa yang perlu mereka perbaharui. | ||
4. | Perumusan
Tujuan Manajemen
kinerja dimulai dengan melakukan perumusan dan mengklarifikasi terlebih
dahulu tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi, sesuai dengan jenjang
organisasi yang dimiliki dan selanjutnya tujuan yang telah dirumuskan
tersebut dirinci lebih lanjut menjadi tujuan yang lebih rendah, seperti
divisi, departemen tim dan karyawan. | ||
5. | Komunikasi
Dua Arah Manajemen
kinerja memerlukan gaya manajemen yang bersifat terbuka, jujur serta
mendorong terjadinya komunikasi dua arah antara atasan dengan bawahan.
Komunikasi dua arah ini akan menunjukkan adanya sikap keterbukaan dan saling
pengertian antar dua pihak. | ||
Karakteristik Karyawan yang memiliki
Kinerja Yang Tinggi Mink dalam Raharjo (2005) menyebutkan beberapa
karakteristik karyawan yang memiliki kinerja yang tinggi, meliputi: | |||
1. | Berorientasi
Pada Prestasi Karyawan
yang memiliki kinerja yang tinggi, keinginan yang kuat membangun sebuah mimpi
tentang apa yang mereka inginka untuk dirinya. | ||
2. | Percaya
Diri Karyawan
yang kinerja tinggi memiliki sikap mental positif yang mengarahkannya
bertindak dengan tingkat percaya diri yang tinggi. | ||
3. | Pengendalian
Diri Karyawan
yang memiliki kinerja yang tinggi mempunyai rasa percaya diri yang sangat
mendalam. | ||
4. | Kompetensi Karyawan
yang kinerjanya tinggi telah mengembangkan kemampuan spesifik atau kompetensi
berprestasi dalam daerah pilihan mereka. | ||
5. | Persisten Karyawan
yang kinerjanya tinggi mempunyai piranti kerja, didukung oleh suasana
psikologis, dan pekerja keras terus-menerus. | ||
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Para Ahli Menurut Mangkunegara &
Prabu (2009). Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan
adalah: | |||
1. | Faktor
Kemampuan Secara
psikologis, kemampuan karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (Knowledge + Skill). Artinya, karyawan yang memiliki IQ
diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya
dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih
mudah mencapai prestasi yang diharapkan. Oleh sebab itu karyawan perlu
ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. | ||
2. | Motivasi Motivasi
terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam menghadapi situasi
kerja. Motivasi merupakan kondisi menggerakkan diri karyawan yang dilakukan
secara terarah untuk mencapai tujuan organisasi. | ||
Menurut
Simanjuntak (2005) kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak faktor yang
dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu: | |||
1. | Kompetensi
Individu Kompetensi individu adalah kemampuan dan keterampilan melakukan
kerja. Kompetensi setiap orang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
dikelompokkan dua golongan yaitu: | ||
a. | Kemampuan
dan Keterampilan Kerja. Kemampuan
dan keterampilan kerja setiap orang dipengaruhi oleh kebugaran fisik dan
kesehatan jiwa individu yang bersangkutan, pendidikan, akumulasi pelatihan,
dan pengalaman kerjanya. | ||
b. | Motivasi
dan etos kerja. Motivasi
dan etos kerja sangat penting mendorong semangat kerja. Motivasi dan etos
kerja dipengaruhi oleh latar belakang keluarga, lingkungan masyarakat, budaya
dan nilai-nilai agama yang dianutnya. Seseorang yang melihat pekerjaan
sebagai beban dan keterpaksaan untuk memperoleh uang, akan mempunyai kinerja
yang rendah. Sebaliknya seseorang yang memandang pekerjaan sebagai kebutuhan,
pengabdian, tantangan dan prestasi, akan menghasilkan kinerja yang tinggi. | ||
2. | Dukungan
Organisasi Kinerja
setiap orang juga tergantung dari lingkungan organisasi dalam bentuk
pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, serta kondisi dan
syarat kerja. Pengorganisasian dimaksudkan untuk member kejelasan bagi setiap
unit kerja dan setiap orang tentang sasaran yang harus dicapai dan apa yang
harus dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut. | ||
3. | Dukungan
Manajemen Kinerja
perusahaan dan kinerja setiap orang sangat tergantung pada kemampuan pada
kemampuan manajerial para manajemen atau pimpinan, baik dengan membangun
system kerja dan hubungan industrial yang aman dan harmonis, maupun dengan
mengembangkan kompetensi pekerja, demikian juga dengan menumbuhkan motivasi
dan memobilisasi seluruh karyawan untuk bekerja secara optimal. Dalam rangka
pengembangan kompetensi pekerja, manajemen dapat melakukan antara lain: | ||
a. | Mengidentifikasikan
dan mengoptimalkan pemanfaatan kekuatan, keunggulan dan potensi yang dimiliki
oleh setiap pekerja. | ||
b. | Mendorong
pekerja untuk terus belajar meningkatkan wawasan dan pengetahuannya. | ||
c. | Membuka
kesempatan yang seluas-luasnya kepada pekerja untuk belajar, baik secara
pribadi maupun melalui pendidikan dan pelatihan yang dirancang dan
diprogramkan. | ||
Jenis-jenis Penilaian Kinerja Menurut
Rivai (2009) ada beberapa jenis penilaian kinerja yaitu: | |||
1. | Penilaian
hanya oleh atasan | ||
a. | Cepat
dan langsung | ||
b. | Dapat
mengarah ke distorsi karena pertimbangan – pertimbangan pribadi | ||
2. | Penilaian
oleh kelompok lini Atasan
dan atasan bersama–sama membahas kinerja dari bawahannya yang dinilai | ||
a. | Objektivitas
lebih akurat dibanding kalau hanya oleh atasan sendiri | ||
b. | Individu
yang dinilai tinggi dapat mendominasi penilaian | ||
3. | Penilaian
oleh kelompok staf Atasan
meminta satu atau lebih individu untuk bermusyawarah dengannya; atasan
langsung yang membuat keputusan akhir. | ||
a. | Penilaian
gabungan yang masuk akal dan wajar | ||
4. | Penilaian
melalui keputusan komite Sama
seperti pada pola sebelumnya kecuali bahwa manajer yang bertanggungjawab
tidak lagi mengambil keputusan akhir, hasilnya didasarkan pada pilihan
mayoritas. | ||
a. | Memperluas
pertimbangan yang ekstrim | ||
b. | Memperlemah
integritas manajer yang bertanggungjawab | ||
5. | Penilaian
berdasarkan peninjauan lapangan Sama
seperti pada kelompok staf, namun dalam hal ini melibatkan wakil dan pimpinan
pengembangan atau departemen SDM yang bertindak sebagai peninjau yang
independen. | ||
a. | Membawa
satu pikiran yang tetap ke dalam satu penilaian lintas sector yang besar | ||
b. | Penilaian
oleh bawahan dan sejawat | ||
- | Mungkin
terlalu subjektif | ||
- | Mungkin
digunakan sebagai tambahan pada metode penilaian yang lain | ||
Metode Penilaian Kinerja Menurut
Mondy (2008) metode penilaian kinerja antara lain sebagai berikut: | |||
1. | Metode
Penilaian Umpan Balik 360 Derajat Metode
penilaian kinerja yang populer yang melibatkan masukan evaluasi dari banyak
level dalam perusahaan sebagaimana pula dari sumber sumber eksternal. | ||
2. | Metode
Skala Penilaian Metode
penilaian kinerja yang menilai para kayawan berdasarkan faktor faktor yang
telah ditetapkan. | ||
3. | Metode
Insiden Kritis Metode
penilaian kinerja yang membutuhkan pemeliharaan dokumen dokumen tertulis
mengenai tindakan tindakan karyawan yang sangat positif dan sangat negatif. | ||
4. | Metode
Esai Metode
penilaian kinerja dimana penilai menulis narasi singkat yang menggambarkan
kinerja karyawan. | ||
5. | Metode
Standar Kerja Metode
penilaian kinerja yang membandingkan kinerja setiap karyawan dengan standar yang
telah ditetapkan atau tingkat output yang diharapkan. | ||
6. | Metode
Peringkat Metode
penilaian kinerja di mana penilai menempatkan seluruh karyawan dari sebuah
kelompok dalam urutan kinerja keseluruhan. | ||
7. | Metode
Distribusi Dipaksakan Metode
penilaian kinerja di mana penilai diharuskan membagi orang-orang dalam sebuah
kelompok kerja ke dalam sejumlah kategori terbatas, mirip suatu distribusi
frekuensi normal. | ||
8. | Metode
Skala Penilaian Berjangkar Keperilakuan Metode
penilaian kinerja yang menggabungkan unsur unsur skala penilaian tradisional
dengan metode insiden kritis: berbagai tingkat kinerja ditunjukkan sepanjang
sebuah skala dengan masing masing dideskripsikan menurut perilaku kerja
spesifik seorang karyawan. | ||
9. | Sistem
Berbasis Hasil Metode
Penilaian kinerja di mana manajer dan bawahan secara bersama sama menyepakati
tujuan tujuan untuk periode penilaian berikutnya di masa lalu merupakan suatu
bentuk management by objectives. | ||
Aspek
Penilaian Kinerja Menurut
Moeheriono (2009), ada empat aspek penilaian kinerja , yaitu: | |||
1. | Hasil
kerja Keberhasilan
pegawai dalam pelaksanaan kerja (output) biasanya terukur, seberapa
besar yang telah dihasilkan, berapa jumlahnya dan berapa besar kenaikannya.
Misalkan, omset pemasaran, jumlah keuntungan dan total perputaran asset, dan
lain-lain. | ||
2. | Perilaku Aspek
tindak tanduk pegawai dalam melaksanakan pekerjaan, pelayanan, kesopanan,
sikap, dan perilakunya, baik terhadap sesama pegawai maupun kepada pelanggan. | ||
3. | Atribut
dan kompetensi Kemahiran
dan penguasaan pegawai sesuai tuntutan jabatan, pengetahuan, ketrampilan dan
keahliannya, seperti kepemimpinan, inisiatif dan komitmen. | ||
4. | Komparatif Membandingkan
hasil kinerja pegawai dengan pegawai lainnya yang selevel dengan yang
bersangkutan, misalnya sesama sales berapa besar omset penjualannya selama
satu bulan. | ||
Cara
Meningkatkan Kinerja Menurut Stoner dalam
Sutrisno (2010), ada empat cara untuk peningkatan kinerja, yaitu: | |||
1. | Diskriminasi Seorang
manajer harus mampu membedakan secara objektif antara mereka yang dapat
memberi sumbangan berarti dalam pencapaian tujuan organisasi dengan mereka
yang tidak. | ||
2. | Pengharapan Dengan
memperhatikan bidang tersebut diharapkan bisa meningkatkan kinerja karyawan.
Karyawan yang memiliki nilai kinerja tinggi mengharapkan pengakuan dalam
bentuk berbagai penghargaan yang diterimanya dari organisasi . | ||
3. | Pengembangan Bagi yang bekerja dibawah
standar, skema untuk mereka adalah mengikuti program pelatihan dan
pengembangan. | ||
4. | Komunikasi Para manajer bertanggung
jawab untuk mengevaluasi kinerja para karyawan dan secara akurat
mengomunikasikan penilaian yang dilakukannya. | ||
Tujuan Penilaian Kinerja Adapun tujuan dan kegunaan penilaian kerja adalah
sebagai berikut Hasibuan (2007): | |||
1. | Sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan
untuk promosi, demosi, pemberhentian dan penetapan berapa besarnya balas
jasa. | ||
2. | Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana
karyawan bisa sukses dalam pekerjaannya. | ||
3. | Sebagai dasar mengevaluasi efektivitas seluruh
kegiatan dalam perusahaan. | ||
4. | Sebagai dasar untuk mengevaluasi program pelatihan
dan keefektifan jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya
pengawasan, kondisi kerja dan peralatan kerja. | ||
5. | Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan
latihan bagi karyawan yang berada dalam organisasi. | ||
6. | Sebagai alat untuk meningkatkan Kompetensi kerja
karyawan sehingga dicapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang
baik. | ||
Menurut
Dessler (2006) penilaian kinerja dilakukan untuk : | |||
1. | Evaluasi
hasil setelah melakukan pelatihan Penilaian
harus memberikan peran yang terintegrasi dalam proses manajemen kinerja
pengusaha, penilaian kinerja memberikan manfaat setelah melakukan pelatihan. | ||
2. | Perencanaan
perbaikan jika tujuan belum tercapai Penilaian
memungkinkan atasan dan bawahan menyusun sebuah rencana untuk mengoreksi
semua kekurangan yang ditemukan dalam penilaian dan untuk menegaskan hal-hal
yang telah dilakukan dengan benar oleh bawahan. | ||
3. | Penunjang
perencanaan karier Penilaian
harus melayani tujuan perencanaan karier dengan memberikan kesempatan
meninjau rencana karier pegawai dengan memerhatikan kekuatan dan kelemahannya
secara spesifik. | ||
Manfaat Penilaian Kinerja Hariandja
(2002) mengemukakan arti pentingnya penilaan kinerja antara lain sebagai
berikut: | |||
1. | Perbaikan
kinerja memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil
tindakan-tindakan perbaikan untuk meningkatkan kinerjaa nelalui umpan balik
(feedback) yang diberikan oleh organisasi. | ||
2. | Penyesuaian
gaji yang dapat dipakai sebagai informasi untuk mengkompensasi kryawan secara
layak sehingga daapat memotivasi mereka. | ||
3. | Keputusan
untuk penempatan, yaitu dapat dilakukannya penempatan karyawan sesuai dengan
keahliannya. | ||
4. | Pelatihan
dan pengembangan, yaitu melalui penilaian akan diketahui kelemahan-kelemahan
dari karyawan sehingga dapat dilakukan program pengembangna dan pelatihan
secara efektif. | ||
5. | Perencanaan
karier, yaitu organisasi dapat memberikan bantuan perencanaan karier bagi
karyawan dan menyelaraskannya dengan kepentingan organisasi. | ||
6. | Mengidentifikasi
kelemahan-kelemahan dalam proses penempatan, yaitu kinerja yang tidak baik
menunjukkan adanya kelemahan dalm penempatan sehingga dapat dilakukan
perbaikan. | ||
7. | Meningkatkan
adanya perlakuan kesempatan yang sama pada karyawan. | ||
Dimensi
dan Indikator Kinerja Menurut
Moeheriono (2009), berikut ini ada beberapa dimensi dari kinerja pegawai,
antara lain: | |||
1. | Kualitas
kerja Kualitas
kerja adalah mutu seorang karyawan/pegawai dalam hal melaksanakan
tugas-tugasnya yang meliputi tingkat kesesuaian hasil dengan standar
pekerjaan, pencapaian sasaran pekerjaan, dan ketelitian. Meliputi beberapa
indikator, yaitu: | ||
a. | Tingkat
kesesuaian hasil dengan standar pekerjaan Dalam hal
ini, pegawai yang diberikan tugas oleh atasan diharapkan dapat memberikan
kualitas kerja yang optimal bagi kemajuan perusahaan. Selain itu, pemimpin
dapat membandingkan antara hasil kerja yang diberikan oleh pegawai dengan
standarisasi yang telah ditetapkan, sehingga dapat diketahui apakah kinerja
pegawai mengalami penurunan atau kenaikan. | ||
b. | Pencapaian
sasaran pekerjaan Sasaran
pekerjaan mencakup apa yang harus karyawan kerjakan berkaitan dengan
pekerjaan mereka, hasil apa yang diharapkan, dan juga alasan mengapa suatu
pekerjaan harus dikerjakan. Sasaran kerja merupakan perumusan mengenai
sesuatu yang harus dicapai melalui serangkaian kegiatan dalam bekerja. Dengan
sasaran kerja yang benar dan jelas, ada beberapa keuntungan yang didapatkan antara
lain: peningkatan efektivitas dan efisiensi kerja, peningkatan produktivitas
karyawan, dan tercapainya kinerja yang optimal dari karyawan. | ||
c. | Ketelitian Ketelitian
menjadi indikator kualitas sebagai alat ukur tingkat kesalahan yang dilakukan
oleh karyawan dalam penyelesaian pekerjaan mereka. Dalam bekerja ketelitian
tentu sangat diperlukan agar pekerjaan yang dikerjakan dapat selesai secara
efektif sesuai tujuan perusahaan. | ||
2. | Kuantitas
Kerja Kuantitas kerja adalah jumlah kerja yang dilakukan oleh
seorang pegawai dalam sutu periode tertentu. Hal ini dapat dilihat dari hasil
kerja karyawan dan kecepatan dalam menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya. | ||
a. | Beban
Kerja Merupakan sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus
diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka
waktu tertentu. Beban kerja yang memenuhi syarat adalah beban kerja yang
proporsional yang sesuai dengan kemampuan dan tingkatan jabatan karyawan. | ||
b. | Pencapaian
Target Kerja Pencapaian target merupakan pencapaian sasaran atau batas
ketentuan yang telah ditetapkan untuk dicapai. Pencapaian target tentu
merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kinerja karyawan, hal ini
dikarenakan target dapat menjadi suatu fokus utama bagi seorang karyawan dalam
memberi kinerja terbaiknya bagi perusahaan tempat ia bekerja. | ||
c. | Hasil
Laporan Hasil pelaporan pekerjaan yang memenuhi ketentuan serta
memiliki tolak
ukur berupa jumlah dan nilainya dapat dihitung secara pasti. | ||
3. | Perilaku
Kerja Perilaku Kerja merupakan tindakan dan sikap yang
ditunjukkan oleh orang-orang yang bekerja di tempat kerja. Perilaku kerja
menekankan pada sikap yang diambil oleh pekerja di tempat kerja yang mana
akan menetukan apa yang akan mereka lakukan di tempat kerja mereka. Meliputi
beberapa indikator, yaitu: | ||
a. | Orientasi
pelayanan Pegawai dalam melaksanakan tugasnya dapat memberikan
pelayanan yang optimal dan bersahabat kepada masyarakat. Pelayanan yang
diberikan harus bersifat ramah-tamah, responsif, dan komunikatif. Dengan
demikian hal ini akan mencerminkan identitas pegawai negeri sipil yang
melayani kebutuhan masyarakat dengan baik. | ||
b. | Integritas Merupakan indikator yang mengedepankan konsistensi dalam
tindakantindakan, nilai-nilai, metode-metode, dan prinsip-prinsip atas
pekerjaan yang dilakukan. Salah satu ciri kuat yang mencerminkan keberadaan
integritas adalah kejujuran dan keadilan. Hal inilah yang harus dipertahankan
oleh seorang pegawai negeri sipil dalam mengemban tugas dan tanggungjawab
yang diberikan negara kepadanya. | ||
c. | Komitmen Merupakan suatu keadaan dimana seorang memihak organisasi
tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginanya dan mempertahankan kenaggotaan
dalam organisasi tersebut. Komitmen bagi seorang pegawai negeri sipil dapat
diartikan sebagai pemenuhan sumpah dan janji jabatan yang telah diucapkan
sebagai pengabdi negara yang bertanggungjawab dan berpegang teguh pada
komitmen sebagai perwalian masyarakat yang siap melayani bangsa dan negara. | ||
Menurut
Sutrisno (2009) ada enam indikator dari kinerja yakni: | |||
1. | Hasil
Kerja Merupakan
proses kegiatan yang dilakukan setiap hari dalam mendukung operasioanl bank.
Misalnya: menyediakan kebutuhan data dan melakukan jurnal transaksi yang
diteliti. | ||
2. | Pengetahuan
Pekerjaan Tingkat
pengetahuan yang terkait dengan tugas pekerjaan yang akan berpengaruh
langsung terhadap kuantitas dan kualitas dari hasil kerja. | ||
3. | Inisiatif Merupakan
pola pikir yang berbeda dalam setiap pengambilan keputusan kerja, misalnya
mengetahui dan memahami persoalan dilingkungan kerja, mampu memberi saran
pada atasan atau kepada sesama pekerja/karyawan. | ||
4. | Kecekatan
Mental Tingkat
kemampuan dan kecepatan dalam menerima instruksi kerja dan menyesuaikan
dengan cara kerja serta situasi kerja yang ada. | ||
5. | Sikap Tingkat
semangat kerja serta sikap positif dalam melaksanakan tugas pekerjaan. | ||
6. | Disiplin
Waktu dan Absensi Merupakan
sikap patuh terhadap aturan yang berlaku. | ||
Hasil kerja sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja pegawai atau karyawan didalam
organisasi sehingga dapat membentuk program pelatihan dan keefektifan jadwal
kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan
peralatan kerja dan sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk
promosi, demosi dan pemberhentian. Melalui hasil kerja, tingkat pencapaian kinerja dapat di ketahui untuk sesuatu yang telah dicapai oleh
organisasi dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input,
proses, output, outcome, benefit maupun impact. Tujuannya adalah memperbaiki dan
meningkatkan kinerja SDM dalam organisasi. |
Artikel Terkait