Sumber gambar : pinterest.com
Pelatihan Menurut Para Ahli > Pelatihan
membantu karyawan dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan penerapannya
dalam dunia kerja pada perusahaan demi meningkatkan produktivitas dan
kemampuan kerja untuk bekerja lebih baik dan terarah serta membantu karyawan memperoleh sebagai salah satu upaya untuk peningkatan kinerja sumber daya manusia dalam mencapai tujuan yang diinginkan suatu organisasi. Program pelatihan
merupakan suatu cara dari manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan
adanya pelatihan akan dapat menimbulkan perubahan dalam bekerja, perubahan
sikap, tingkah laku, keterampilan serta pengetahuan pegawai dan pelatihan
tersebut harus dilakukan secara terus menerus agar dapat menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Berikut pengertian pelatihan menurut para ahli. | ||
1. | Rivai (2014) Pelatihan
adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat ini dan kinerja di masa
mendatang. | |
2. | Dessler
(2009) Pelatihan
adalah proses mengajarkan karyawan baru atau karyawan yang ada sekarang,
keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka. | |
3. | Sofyandi
(2008) Pelatihan
adalah suatu usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan karyawan
dalam melaksanakan pekerjaannya lebih efektif dan efisien. Program pelatihan
adalah serangkaian program yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan karyawan dalam hubungannya dan pekerjaan. | |
4. | Pramudyo
(2007) Pelatihan
sebagai proses pembelajaran yang dirancang untuk mengubah kinerja orang dalam
melakukan pekerjannya. | |
5. | Gary
(2006) Pelatihan
merupakan proses mengajar ketrampilan yang dibutuhkan karyawan untuk
melakukan pekerjaannya. | |
6. | Mathis dan
Jackson (2006) Pelatihan
adalah proses dimana orang mendapatkan kapabilitas untuk membantu pencapaian
tujuan. | |
7. | Nitisemito
(2004) Pelatihan
adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang dimaksud untuk memperbaiki dan
mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari para
karyawan sesuai dengan keinginan dari perusahaan yang bersangkutan. | |
8. | Handoko
(2003) Pelatihan
merupakan usaha untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik
pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. | |
9. | Panggabean
(2002) Pelatihan merupakan
cara yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan yang
dibutuhkan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan yang sekarang. | |
10. | Mangkuprawira
(2002) Pelatihan
adalah sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap
agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawab dengan
semakin baik, sesuai dengan standar. | |
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelatihan Mondy
(2008) mengemukakan bahwa pelatihan dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor sebagai
berikut: | ||
1. | Dukungan
Manajemen Puncak Dukungan
kepemimpinan puncak sangat berguna agar program-program pelatihan dan
pengembangan dapat berjalan dengan baik. | |
2. | Komitmen
Para Spesialis dan Generalis Selain
dukungan manajemen puncak, keterlibatan seluruh manajer baik spesialis maupun
generalis sangat berpengaruh pada keberhasilan proses pelatihan dan
pengembangan. Tanggung jawab utama pelatihan merupakan tanggung jawab manajer
lini, sedangkan para profesional pelatihan dan pengembangan hanya memberikan
keahlian teknis. | |
3. | Kemajuan
Teknologi Teknologi
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pelatihan terutama penggunaan
komputer dan internet yang secara dramatis mempengaruhi berjalannya
fungsi-fungsi bisnis. | |
4. | Kompleksitas
Organisasi Struktur
organisasi juga berpengaruh terhadap proses pelatihan. Struktur organisasi
yang lebih datar karena lebih sedikitnya level manajerial membuat tugas-tugas
individu dan tim semakin diperluas dan diperkaya, sehingga para karyawan
menghabiskan lebih banyak waktu untuk menjalankan pekerjaan dan tugas-tugas
yang lebih kompleks tidak seperti yang dikerjakan sebelumnya. | |
5. | Gaya
Belajar Meskipun
banyak hal yang belum diketahui mengenai proses belajar, beberapa
generalisasi yang memahami ilmu-ilmu keperilakuan telah mempengaruhi cara perusahaan
melaksanakan pelatihan. | |
Jenis–jenis pelatihan Menurut
Simamora (2006) ada lima jenis-jenis pelatihan yang dapat diselenggarakan: | ||
1. | Pelatihan
Keahlian Pelatihan
keahlian (skils training) merupakan pelatihan yang sering di jumpai
dalam organisasi. program pelatihaannya relatif sederhana: kebutuhan atau
kekuragan diidentifikasi rnelalui penilaian yang jeli. kriteria penilalan
efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam
tahap penilaian. | |
2. | Pelatihan
Ulang Pelatihan
ulang (retraining) adalah subset pelatihan keahilan. Pelatihan ulang
berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka
butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga
kerja instansi pendidikan yang biasanya bekerja rnenggunakan mesin ketik
manual mungkin harus dilatih dengan mesin computer atau akses internet. | |
3. | Pelatihan
Lintas Fungsional Pelatihan
lintas fungsional (cros fungtional training) melibatkan pelatihan
karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan
pekerjan yang ditugaskan. | |
4. | Pelatihan
Tim Pelatihan
tim merupakan bekerjasarna terdiri dari sekelompok Individu untuk
menyelesaikan pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja. | |
5. | Pelatihan
Kreatifitas Pelatihan
kreatifitas (creativitas training) berlandaskan pada asumsi hahwa
kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk
mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang berdasar pada penilaian rasional
dan biaya dan kelaikan. | |
Langkah-langkah Penyelenggaraan Pelatihan Menurut
Dessler (2006) ada lima langkah yang harus dilakukan dalam upaya
mengembangkan program pelatihan, yaitu: | ||
1. | Menganalisa
Kebutuhan Pelatihan Untuk
dapat mengidentifikasi kebutuhan pelatihan, maka ada tiga hal yang harus
dipertimbangkan yaitu : | |
a. | Analisa
Kebutuhan Organisasi Analisis
kebutuhan organisasi ini yang perlu dianalisis adalah tujuan dari organisasi,
sumber daya yang dimiliki dan lingkungan organisasi yang sebenarnya. Analisis
organisasi dapat dilakukan dengan cara mengadakan survey mengenai sikap
karyawan terhadap kepuasan kerja, persepsi dan sikap karyawan. Disamping itu
dapat pula menggunakan turn over, absensi, kartu pelatihan, daftar
perkembangan dan data perencanaan karyawan. | |
b. | Analisis
Kebutuhan Pekerjaan Analisis
ini maksudnya adalah menganalisis pekerjaan yang harus dilakukan dalam setiap
jabatan. Uraian tugas dan persyaratan standar untuk kerja merupakan dua hal
yang dapat diperlajari dari perilaku peran tersebut. Pekerjaan tersebut
secara efektif dapat dilakukan dengan menentukan pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan yang dibutuhkan. | |
c. | Analisis
Kebutuhan Karyawan Analisis
ini adalah analisis terhadap karyawan perusahaan, yaitu menganalisis apakah
karyawan kurang persiapan dalam melakukan pekerjaannya atau kurang didalam
kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang dapat menentukan
karyawan-karyawan yang membutuhkan pelatihan dan metode pelatihan yang akan
dilakukan. | |
2. | Merencanakan
Intruksi Merencanakan
instruksi digunakan untuk memutuskan, menyusun dan menghasilkan isi program
pelatihan, termasuk buku kerja, latihan, dan aktivitas yang menggunakan
teknik, dengan pelatihan kerja langsung dan mempelajarinya dibantu dengan
komputer. | |
3. | Validasi Tahapan
ini orang-orang yang terlibat membuat sebuah program pelatihan dengan
menyajikannya kepada beberapa pemirsa yang dapat mewakili. | |
4. | Implementasikan
Program Setelah
menetapkan kebutuhan pelatihan dan tujuanya, maka program pelatihan dapat
diimplementasikan dengan melatih karyawan yang ditargetkan. | |
5. | Mengevaluasi
Program Pelatihan Evaluasi
pelatihan adalah membandingkan hasil-hasil setelah pelatihan dengan tujuan
yang diharapkan para manajer, pelatih, serta peserta pelatihan. Ada empat
tingkat penilaian/evaluasi pelatihan yang dapat digunakan yaitu : | |
a. | Reaksi
peserta terhadap isi dan proses pelatihan Reaksi
peserta terhadap isi dan proses dapat diukur dengan cara menanyakan kepada
pesserta yang dapat dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. | |
b. | Pengetahuan Pengetahuan
yang diperoleh melalui pelatihan diketahui dengan mengukur seberapa besar
tambahan pengetahuan yang diperoleh setelah pelatihan dilakukan. Ini dapat
dilakukan dengan mengadakan dengan
mengadakan pretest yakni tes sebelum pelatihan dan post test yakni
tes sesudah pelatihan. | |
c. | Perubahan
perilaku Perubahan
perilaku diketahui dengan mengukur perubahan perilaku setelah pelatihan
dilakukan. Ini memang tugas yang sulit, tetapi dapat dilakukan dengan cara
menanyakan langsung kepada atasannya, rekan kerjannya, atau melakukan
pengamatan di lapangan. | |
d. | Perbaikan
pada organisasi Perbaikan
pada organisasi dapat dilihat dari perputaran kerja yang menurun,kecelakaan
kerja yang makin rendah, menurunnya ketidak hadiran, dan penurunan biaya
proses. | |
Tahap-Tahap Pelatihan Yusuf (2015) mengemukakan tiga
tahap utama pelatihan tersebut, antara lain: | ||
1. | Penerimaan
kebutuhan pelatihan (assessing training needs) Tahap
pertama yang dilakukan ialah menentukan kebutuhan pelatihan bagi para
karyawan. Pada tahap ini terdapat tiga macam kebutuhan akan pelatihan, yaitu: | |
a. | General
treatment need Yaitu
penilaian kebutuhan pelatihan bagi semua pegawai dalam suatu klasifikasi
pekerjaan tanpa memerhatikan data mengenai kinerja dari pegawai. | |
b. | Observable
performance discrepancies Yaitu
jenis penilaian kebutuhan pelatihan yang didasarkan pada hasil pengamatan
terhadap berbagai permasalahan, wawancara, daftar pertanyaan, dan evaluasi
kinerja, dan dengan cara meminta para pekerja untuk mengawasi sendiri hasil
kerjanya sendiri. | |
c. | Future
human resources needs Jenis
keperluan pelatihan ini tidak berkaitan dengan ketidak sesuaian kinerja,
tetapi lebih berkaitan dengan keperluan SDM untuk waktu yang akan datang. | |
2. | Desain
program pelatihan Penyelia
harus memutuskan program pelatihan yang tepat dan bagaimana yang harus
dilaksanakan. Terdapat dua jenis sasaran pelatihan, yakni: knowledge-centered
objectives dan performance-centered objectives. Pada jenis
pertama, berkaitan dengan pertambahan pengetahuan, atau perubahan sikap.
Sedangkan, jenis yang kedua mencakup syarat-syarat khusus yang berkisar pada
metode/teknik, syarat-syarat penilaian, perhitungan, perbaikan, dan
sebagainya. | |
3. | Evaluasi
program pelatihan Tujuan
dari tahap ini adalah untuk menguji apakah pelatihan tersebut efektif di
dalam pencapaian sasaran-sasarannya yang telah ditetapkan. Program pelatihan
bisa dievaluasi berdasarkan informasi yang bisa diperoleh pada lima
tingkatan: reactions, learning, behaviours, organizational
results, dan cost effectivity. Untuk mengetahui dampak dari
pelatihan itu secara keseluruhan terhadap kinerja seseorang atau kelompok
tertentu, umumnya terdapat dua pilihan model penilaian pelatihan, yaitu: | |
a. | Uncontrolled
model Model
ini biasanya tidak memakai kelompok pembanding dalam melakukan penilaian
dampak pelatihan terhadap hasil dan/atau performansi kerjanya. Untuk melihat
efektivitas membandingkan antara hasil dari pre-test dan hasil dari
post-test. | |
b. | Controlled
model Model
yang dalam melakukan penilaian efektivitas program menggunakan sistem
membandingkan yaitu membandingkan hasil dari orang dan/atau kelompok yang
mengikuti pelatihan terhadap hasil orang dan/atau kelompok yang tidak
mengikuti pelatihan. | |
Prinsip-prinsip Pelatihan Menurut Mc Gehee (2006) bahwa
prinsip-prinsip pelatihan adalah sebagai berikut: | ||
1. | Materi
yang diberikan secara sistematis dan berdasarkan tahapan-tahapan. | |
2. | Tahapan-tahapan
tesebut harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. | |
3. | Pelatih/pengajar/pemateri
harus mampu memotivasi dan menyebarkan respon yang berhubungan dengan
serangkaian materi pelajaran. | |
4. | Adanya
penguat (reinforcement) guna membangkitkan respon yang positif dari
peserta. | |
5. | Menggunakan
konsep pembentukan (shaping) perilaku. | |
Metode Pelatihan Efendi (2005)
menjelaskan metode-metode paltihan sebagai berikut: | ||
1. | On
the job training (latihan
sambil bekerja) On
the job training meliputi
semua upaya melatih karyawan untuk mempelajari suatu pekerjaan sambil
mengerjakannya di tempat kerja yang sesungguhnya. On the job training,
meliputi beberap program yaitu: | |
a. | Job
instruction training (Pelatihan
Instruksi) Pelatihan
dimana seseorang bertindak sebagai pelatih untuk mengintruksikan bagaimana
melakukan pekerjaan tertentu dalam proses kerja. | |
b. | Coaching
(Pelatihan) Teknik
pelatihan yang dilakukan ditempat kerja oleh atasan dengan membimbing peserta
melakukan pekerjaan secara informal melakukan pekerjaan secara informal dan
biasanya tidak terencana. | |
c. | Job
rotation (Rotasi
Pekerjaan) Program
pelatihan yang direncanakan secara formal dengan cara menugaskan pegawai pada
beberapa pekerjaan yang berbeda dan dalam bagian yang berbeda dengan
organisasi untuk menambah pengetahuan mengenai pekerjaan dalam organisasi. | |
2. | Off
the job training (latihan
di luar jam bekerja) Pelatihan
dan pengembangan dilaksanakan pada lokasi terpisah dengan tempat kerja. Ada
beberapa jenis metode pelatihan Off the job training, yaitu: | |
a. | Lecture
(Memberikan
Ceramah) Pelatihan
dengan menggunakan presentasi atau ceramah yang diberikan oleh pelatih kepada
peserta pelatihan. | |
b. | Video
presentation (Pelatihan
Menggunakan Video) Program
pelatihan yang disajikan melalui film, atau video tentang pengetahuan atau
bagaimana melakukan suatu pekerjaan. | |
c. | Vestibule
training/simulation (Simulasi
Pelatihan) Latihan
yang diberikan disebuah tempat khusus dirancang menyerupai tempat kerja, yang
dilengkapi dengan berbagai peralatan seperti ditempat kerja. | |
d. | Role
playing (Permainan
Peran) Metode
pelatihan yang dilakukan dengan cara para peserta diberi peran tertentu
bertindak dalam situasi tertentu. | |
e. | Case
study (Studi
Kasus) Studi
kasus yang dilakukan dengan memberikan beberapa kasus tertentu, kemudian
perserta diminta memecahkan kasus tersebut melalui diskusi dikelompok
belajar. | |
f. | Self
study (Belajar
Sendiri) Meminta
peserta untuk belajar sendiri melalui rancangan materi yang disusun dengan
baik, seperti melalui bahan bacaan, video, dan kaset. | |
g. | Programmed
learning (Pembelajaran
Terprogram) Bentuk
lain dari self-study, yaitu menyiapkan seperangkat pertanyaan dan jawabannya
secara tertulis dalam buku, atau dalam sebuah program komputer. | |
h. | Laboratory
training Latihan
untuk meningkatkan kemapuan hubungan antar pribadi, melalui sharing pengalaman,
perasaan, persepsi, dan perilaku diantara beberapa peserta. | |
i. | Action
learning (Pembelajaran
Tindakan) Proses
belajar melalui kelompok kecil dalam memecahkan berbagai persoalan dalam
pekerjaan, yang dibantu oleh seorang ahli, bisa dari dalam perusahaan atau
diluar perusahaan. | |
Pengukuran Efektivitas Pelatihan Antariksa dalam Sullivan (2005)
mengemukakan dasar-dasar dalam mengukur efektivitas pelatihan, yaitu: | ||
1. | Monitoring
pelaksanaan program pelatihan Di fase
ini perusahaan akan melaksanakan pengawasan dan penelitian mengenai
pelaksanaan pelatihan dengan mengamati: | |
a. | Tingkat
antusias karyawan selama mengikuti program pelatihan | |
b. | Keaktifan
karyawan selama proses pelatihan berlangsung | |
c. | Kemampuan
instruktur pelatihan dalam menyampaikan materi | |
d. | Isi materi
yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan | |
2. | Monitoring
efektivitas pelatihan Dalam
sebuah pelaksanaan pelatihan, tidak semua karyawan akan bisa langsung
mempraktekkan materi pelatihan yang baru saja didapat. Diprediksi akan ada
tenggang waktu tertentu antara perubahan yang diharapkan oleh perusahaan
dengan waktu berakhirnya masa pelatihan. Maka, tugas dari perusahaan harus
menilai: | |
a. | Apakah
terjadi perubahan perilaku setelah mengikuti pelatihan | |
b. | Kemampuan
karyawan dalam menghilangkan kesalahan | |
c. | Lamanya
masa perubahan positif karyawan setelah pelatihan | |
d. | Peningkatan
pengetahuan, kemampuan, dan sikap karyawan | |
e. | Pembentukan
pola pikir atau mind set karyawan | |
f. | Peningkatan
hasil kinerja karyawan setelah pelaksanaan pelatihan | |
Tujuan
Pelatihan Yusuf dalam Sunyoto (2012)
mengemukakan tujuan dari pelatihan tenaga kerja, antara lain: | ||
1. | Memperbaiki
kinerja. Diharapkan
setelah mengikuti pelatihan kinerja dan produktivitas dari karyawan akan
semakin meningkat dikarenakan peningkatan keterampilan dan pengetahuan. | |
2. | Memutakhirkan
keahlian para karyawan. Melalui
pelatihan memastikan bahwa karyawan dapat secara efektif dalam menggunakan
teknologi-teknologi terbaru. | |
3. | Mengurangi
waktu belajar. Diharapkan
dengan pelatihan akan mengurangi waktu belajar atau proses adaptasi dari
karyawan baru maupun karyawan lama pada posisi yang baru. | |
4. | Memecahkan
permasalahan operasional. Serangkaian
pelatihan dalam berbagai bidang yang diberikan oleh perusahaan akan membantu
karyawan dalam memecahkan masalah organisasional dan melaksanakan pekerjaan
secara efektif. | |
5. | Promosi
karyawan. Salah
satu cara untuk menarik, menahan, dan memotivasi karyawan adalah melalui
program pengembangan karier yang sistematik. | |
6. | Orientasi
karyawan terhadap organisasi. Hal
ini sebagai upaya untuk memberikan kesamaan visi dan misi perusahaan di
antara sesama karyawan sehingga memiliki pandangan yang sama terhadap
organisasi dan pekerjaan. | |
7. | Memenuhi
kebutuhan pertumbuhan pribadi. Pelatihan
dan pengembangan dapat memainkan peran ganda dengan menyediakan aktivitas
yang menghasilkan efektivitas organisasional yang lebih besar dan
meningkatkan pertumbuhan pribadi bagi semua karyawan di dalam perusahaan. | |
Manfaat Pelatihan Menurut
Mangkuprawira (2004), manfaat pelatihan dapat dikategorikan sebagai berikut: | ||
1. | Manfaat
untuk pelatihan. | |
a. | Memperbaiki
pengetahuan dan keterampilan. | |
b. | Memperbaiki
moral pekerja. | |
c. | Memperbaiki
hubungan antara atasan dan bawahan. | |
d. | Membantu
pengembangan perusahaan. | |
e. | Membantu
dalam pengembangan keterampilan dan kepemimpinan, motivasi, loyalitas, sikap
yang lebih baik dan aspek-aspek lainnya yang menampilkan pekerja manajer yang
sukses. | |
2. | Manfaat untuk individual. | |
a. | Membantu
meningkatkan motivasi, prestasi, pertumbuhan, dan tanggung jawab. | |
b. | Membantu
dalam mendorong dan mencapai pengembangan kepercayaan diri. | |
c. | Membantu
dalam menghadapi stress dan konflik dalam pengerjaan. | |
d. | Menyediakan
informasi guna memperbaiki pengetahuan kepemimpinan, keterampilan
berkomunikasi dan sikap. | |
e. | Meningkatkan
pemberian pengakuan dan perasaan kepuasan pekerjaan. | |
3. | Manfaat
untuk personal, hubungan manusia dan pelaksaan kebijakan. | |
a. | Memperbaiki
komunikasi antara kelompok dan individual. | |
b. | Memperbaiki
hubungan lintas personal. | |
c. | Memperbaiki
moral. | |
d. | Menyediakan
lingkungan yang baik untuk belajar, berkembang dan koordinasi. | |
e. | Membuat
perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup. | |
Dimensi Dan Indikator Pelatihan Dimensi pelatihan menurut Mangkunegara (2006),
diantaranya: | ||
1. | Instruktur Mengingat pelatih umumnya berorientasi pada
peningkatan skill, maka para pelatih yang dipilih untuk memberikan materi
pelatihan harus benar-benar memiliki kualifikasi yang memadai sesuai
bidangnya, personal dan kompeten, selain itu pendidikan intruktur pun harus
benar-benar baik untuk melakukan pelatihan. | |
2. | Peserta Peserta pelatihan tentunya harus diseleksi
berdasarkan persyaratan tertentu dan kualifikasi yang sesuai, selain itu
peserta pelatihan juga harus memiliki semangat yang tinggi untuk mengikuti
pelatihan. | |
3. | Materi Pelatihan
sumber daya manusia merupakan materi atau kurikulum yang sesuai dengan tujuan
pelatihan sumber daya manusia yang hendak dicapai oleh perusahaan dan materi
pelatihan pun harus update agar peserta dapat dapat memahami masalah
yang terjadi pada kondisi yang sekarang. | |
4. | Metode
pelatihan Metode
pelatihan akan lebih menjamin berlangsungnya kegiatan pelatihan sumber daya
manusia yang efektif apabila sesuai dengan jenis materi dan komponen peserta
pelatihan. | |
5. | Sarana
pelatihan Sarana
pelatihan yang baik akan membantu karyawan dalam menerima pelatihan. Sarana
yang diberikan seperti fasilitas gedung, sarana pembelajaran, makanan dan
minuman, dan lain lain. | |
Indikator-indikator
pelatihan menurut Mangkunegara (2006) diantaranya: | ||
1. | Instruktur Mengingat
pelatih umumnya berorientasi pada peningkatan skill, maka para pelatih yang
dipilih untuk memberikan materi pelatihan harus benar-benar memiliki
kualifikasi yang memadai sesuai bidangnya, personal dan kompeten,selain itu
pendidikan intruktur pun harus benar-benar baik untuk melakukan pelatihan. | |
2. | Peserta Peserta
pelatihan tentunya harus diseleksi berdasarkan persyaratan tertentu dan
kualifikasi yang sesuai,selain itu peserta pelatihan juga harus memiliki
semangat yang tinggi untuk mengikuti pelatihan. | |
3. | Materi Materi
pelatihan sumber daya manusia merupakan materi atau kurikulum yang sesuai
dengan tujuan pelatihan sumber daya manusia yang hendak dicapai oleh
perusahaan dan materi pelatihan pun harus update agar si peserta dapat dapat
memahami masalah yang terjadi pada kondisi yang sekarang. | |
4. | Metode Metode
pelatihan akan lebih menjamin berlangsungnya kegiatan pelatihan sumber daya
manusia yang efektif apabila sesuai dengan jenis materi dan komponen peserta
pelatihan. | |
5. | Tujuan
Pelatihan Merupakan
tujuan yang ditentukan, khususnya terkait dengan penyusunan rencana aksi (action
play) dan penetapan sasaran, serta hasil yang diharapkan dari pelatihan
yang akan diselenggarakan,selain itu tujuan pelatihan pula harus
disosialisasikan seblumnya pada para peserta agar peserta dapat memahami
pelatihan tersebut. | |
6. | Sasaran Sasaran
pelatihan harus ditentukan dengan kriteria yang terinci dan terukur (measurable). | |
Alasan
yang menjadi landasan rasional mengapa program pelatihan karyawan hendaknya
disusun secara cermat dan didasarkan pada metode ilmiah serta berpedoman pada
keterampilan yang dibutuhkan perusahaan saat ini maupun untuk masa yang akan
datang, karena pelatihan harus bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis,
teoritis, konseptual dan moral karyawan supaya prestasi kerjanya baik dan
mencapai hasil yang optimal. Pelaksanaan
pelatihan dilaksanakan untuk meningkatkan
kinerja dalam pelaksanaan tugas karena peningkatan kinerja dengan
sendirinya akan mendorong peningkatan produktivitas kerja karyawan yang
berimbas pada peningkatan produksi dan laba perusahaan. Selain itu juga untuk
menigkatkan semangat kerja, dengan program promosi jabatan yang berkaitan
dengan pengembangan karier karyawan. |
Artikel Terkait