Sumber gambar : pinterest.com
Komitmen Organisasi Menurut Para Ahli > Komitmen organisasi merupakan suatu konstruk psikologis yang merupakan karakteristik
hubungan anggota organisasi dengan organisasinya dan memiliki implikasi
terhadap keputusan individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi. Komitmen
organisasional adalah perasaan, sikap dan perilaku individu yang
mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari organisasi, terlibat dalam
proses kegiatan organisasi dan loyal terhadap organisasi dalam mencapai
tujuan organisasi. Berikut pengertian komitmen organisasi
menurut para ahli. | ||
1. | Priansa
(2014) Komitmen
organisasi melibatkan tiga sikap, yaitu identifikasi dengan tujuan
organisasi, perasaan keterlibatan dalam tugas-tugas organisasi, serta perasaan
loyalitas terhadap organisasi. | |
2. | Ivancevich,
Konopaske, dan Matteson dalam Priansa (2014) Komitmen
organisasi merupakan suatu rasa identifikasi, keterlibatan dan kesetiaan yang
di ekspresikan oleh pegawai terhadap organisasinya. | |
3. | Griffin
(2005) Komitmen
organisasi adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seseorang individu
mengenal dan terikat pada organisasinya. | |
4. | Greenberg
& Baron (2003) Komitmen
organisasi adalah derajat dimana karyawan terlibat dalam organisasinya dan berkinginan
untuk tetap menjadi anggotanya, dimana didalamnya mengandung sikap kesetiaan
dan kesediaan karyawan untuk bekerja secara maksimal bagi organisasi tempat
karyawan tersebut bekerja. | |
5. | Steers
& Porter (1983) Komitmen
organisasi adalah suatu sikap dimana individu mengidentifikasikan dirinya
terhadap tujuan-tujuan dan harapan-harapan organisasi tempat ia bekerja serta
berusaha menjaga keanggotaan dalam organisasi untuk mewujudkan tujuan
organisasi tersebut. | |
6. | Luthans
(2006) Komitmen
organisasi adalah keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi
tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai dengan keinginan organisasi
dan keyakinan tertentu juga penerimaan nilai dan tujuan organisasi. | |
7. | McShane
& Von Glinow (2008) Komitmen
organisasi adalah pengaruh yang paling kuat, dimana orang mengidentifikasi
terhadap permintaan dan sangat termotivasi untuk melaksanakannya, bahkan
ketika sumber motivasi tidak lagi hadir. | |
8. | Mathins
& Jackshon (2000) Komitmen organisasi adalah derajat dimana karyawan
mempercayai dan menerima tujuan-tujuan organisasi serta tidak akan
meninggalkan organisasi tersebut. | |
9. | Mowday
(1992) Komitmen
organisasi adalah orang yang pertama yang menyebut komitmen organisasi dengan
komitmen kerja. Dia berpendapat bahwa komitmen merupakan dimensi perilaku
manusia yang digunakan untuk menilai loyalitas karyawan terhadap
perusahaannya. | |
10. | Robbins
(1989) Komitmen
organisasional sebagai suatu sikap yang merefleksikan perasaan suka atau
tidak suka dari karyawan terhadap organisasi. | |
Teori-Teori Komitmen Organisasi Menurut
Moreland dkk dalam Sutrisno (2010), ada beberapa teori yang menjelaskan
dasar-dasar motivasional munculnya komitmen individu dalam organisasi yaitu: | ||
1. | Teori
sosialisasi kelompok Menurut
model ini, baik kelompok maupun individu melakukan proses evaluasi dalam
hubungan bersama dan membandingkan value-nya dengan hubungan yang selama ini
berlangsung. Dalam evaluasi ini perubahan perasaan akan berpengaruh terhadap
komitmen yang dimiliki individu. Semakin tinggi perasaan positif semakin
besar juga komitmen organisasinya. | |
2. | Teori
pertukaran sosial Orang
dapat berpartisipasi dalam beberapa hubungan secara simultan, sehingga nilai
relatif pada suatu hubungan juga dipengaruhi relationship yang lain
sesuai partisipasi. | |
3. | Teori
kategorisasi Diri Membahas
berbagai fenomena kelompok seperti pembentukan kelompok, konformitas,
penyimpangan dalam pengambilan keputusan, dan kelompok. | |
4. | Teori
Identitas Teori ini
menawarkan perspektif lain pada komitmen dan perannya dalam kelompok
sosial.yaitu, peran sosial yang merupakan representasi dari suatu harapan tertentu
dari seseorang memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku dan peran sosial
yang merupakan representasi dari suatu harapan tertentu dari seseorang
memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku. | |
Jenis Komitmen Organisasi Mowday
dalam Anggraini (2014), yang dikenal sebagai pendekatan sikap terhadap
organisasi, yang memiliki 2 komponen yaitu: | ||
1. | Sikap | |
a. | Identifikasi
dengan organisasi, yaitu penerimaan tujuan organisasi, dimana penerimaan ini
merupakan dasar komitmen organisasi. | |
b. | Keterlibatan
sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan di organisasi tersebut. Pegawai
memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan tanggung jawab
pekerjaan yang diberikan kepadanya. | |
c. | Kehangatan,
afeksi dan loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi terhadap komitmen
serta adanya ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi dan pegawai.
Pegawai berkomitmen tinggi merasakan adanya loyalitas dan rasa memiliki
terhadap organisasi. | |
2. | Kehendak
untuk bertingkah laku | |
a. | Kesediaan
untuk menampilkan usaha, tampak melalui kesediaan bekerja melebihi apa yang
diharapkan agar organisasi dapat maju. Pegawai berkomitmen tinggi ikut
memperhatikan nasib organisasi. | |
b. | Keinginan
tetap berada dalam organisasi. Para pegawai yang memiliki komitmen tinggi,
hanya sedikit alasan untuk keluar dari organisasi dan berkeinginan untuk
bergabung dengan organisasi yang telah dipilihnya dalam waktu lama. | |
Bentuk Komitmen Organisasi Menurut
Hasan (2012), mengemukakan ada tiga bentuk komitmen organisasi yaitu: | ||
1. | Komitmen
berkesinambungan (Continuance commitment), yaitu komitmen yang
berhubungan dengan dedikasi anggota dalam melangsungkan kehidupan organisasi
dan menghasilkan orang yang mau berkorban dan berinvestasi pada organisasi. | |
2. | Komitmen
terpadu (Cohesion commitment), yaitu komitmen anggota terhadap
organisasi sebagai akibat adanya hubungan sosial dengan anggota lain di dalam
organisasi. Ini terjadi karena karyawan percaya bahwa norma-norma yang dianut
organisasi merupakan norma-norma yang bermanfaat. | |
3. | Komitmen
terkontrol (Control commitment), yaitu komitmen anggota pada norma
organisasi yang memberikan perilaku ke arah yang diinginkannya. Norma-norma
yang dimiliki organisasi sesuai dan mampu memberikan sumbangan terhadap
perilaku yang diinginkannya. | |
Aspek-Aspek Komitmen Organisasi Berikut
ini terdapat beberapa aspek-aspek komitmen organisasi, terdiri atas: | ||
1. | Identifikasi Identifikasi
yang berwujud dalam bentuk kepercayaan anggota terhadap organisasi. Guna
menumbuhkan identifikasi dilakukan dengan memodifikasi tujuan
organisasi/organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para anggota
atau dengan kata lain organisasi memasukan pula kebutuhan dan keinginan
anggotan dalam tujuan organisasi atau organisasi. Hal ini akan menumbuhkan
suasana saling mendukung di antara para anggota dengan organisasi. Lebih
lanjut membuat anggota dengan rela menyumbangkan tenaga, waktu, dan pikiran
bagi tercapainya tujuan organisasi. | |
2. | Keterlibatan Keterlibatan
atau partisipasi anggota dalam aktivitas-aktivitas kerja penting untuk
diperhatikan karena adanya keterlibatan anggota menyebabkan mereka bekerja
sama, baik dengan pimpinan atau rekan kerja. Cara yang dapat dipakai untuk
memancing keterlibatan anggota adalah dengan memasukan mereka dalam berbagai
kesempatan pembuatan keputusan yang dapat menumbuhkan keyakinan pada anggota
bahwa apa yang telah diputuskan adalah keputusan bersama. | |
3. | Loyalitas Loyalitas
anggota terhadap organisasi memiliki makna ksesediaan seseorang untuk bisa
melanggengkan hubungannya dengan organisasi kalau perlu dengan mengorbankan
kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apa pun. | |
Faktor-faktor Komitmen Organisasi McShane
dan Glinow (2007), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi
antara lain: | ||
1. | Keadilan
dan kepuasan kerja Hal yang
paling mempengaruhi loyalitas karyawan adalah pengalaman kerja yang positif
dan adil. Komitmen organisasi tampaknya sulit dicapai ketika karyawan
menghadapi beban kerja yang meningkat di perusahaan tetapi profit yang
didapatkan oleh perusahaan hanya dinikmati oleh manajer tingkat atas. Oleh
karena itu, perusahaan dapat membangun komitmen organisasi dengan berbagi
keuntungan yang diperoleh perusahaan kepada karyawan. | |
2. | Keamanan
kerja Karyawan
membutuhkan hubungan kerja yang saling timbal balik dengan perusahaan.
Keamanan kerja harus diperhatikan untuk memelihara hubungan dimana karyawan
percaya usaha mereka akan dihargai. Di sisi lain, ketidakamanan kerja
mengakibatkan hubungan kontrak yang lebih formal tetapi dengan hubungan
timbal balik yang rendah. Tidak mengherankan jika ancama PHK adalah salah
satu pukulan terbesar bagi loyalitas karyawan, bahkan diantara mereka yang
perkerjaannya tidak beresiko. | |
3. | Pemahaman
organisasi Affective
commitment adalah
identifikasi secara perorangan terhadap organisasi, jadi masuk akal jika
sikap ini akan menguat ketika karyawan memiliki pemahaman yang kuat tentang
perusahaan. Karyawan secara rutin harus diberikan informasi mengenai kegiatan
perusahaan dan pengalaman pribadi dari bagian lain. Seorang eksekutif dari
American Fence Corp. memperingatkan, “Ketika orang-orang tidak mengetahui apa
yang terjadi diorganisasinya, mereka akan merasa tidak nyambung.” | |
4. | Keterlibatan
karyawan Karyawan
merasa menjadi bagian dari organisasi ketika mereka berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang menyangkut masa depan perusahaan. Melalui
partisipasi ini, karyawan mulai melihat perusahaan sebagai refleksi dari
keputusan mereka. Keterlibatan karyawan juga membangun loyalitas karena
dengan melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan berarti perusahaan
mempercayai karyawannya. | |
5. | Kepercayaan
karyawan Kepercayaan
berarti yakin pada seseorang atau kelompok. Kepecayaan juga merupakan sebuah
aktivitas timbal balik. Untuk memperoleh kepercayaan, kamu juga harus
menunjukkan kepercayaan. Kepercayaan penting untuk komitmen organisasi karena
menyentuh jantung dari hubungan kerja. Karyawan merasa wajib bekerja untuk
perusahaan hanya ketika mereka mempercayai pemimpin mereka. | |
Cara Membangun Komitmen Organisasi Menurut
Martin dan Nicholls (dalam Armstrong, 1991) menyatakan bahwa ada 3 (tiga)
pilar untuk membentuk komitmen seseorang terhadap organisasi yaitu: | ||
1. | Menciptakan
rasa kepemilikan terhadap organisasi, untuk menciptakan kondisi ini orang
harus mengidentifikasi dirinya dalam organisasi, untuk mempercayai bahwa ada
guna dan manfaatnya bekerja di organisasi, untuk merasakan kenyamanan
didalamnya, untuk mendukung nilai-nilai, visi, dan misi organisasi dalam
mencapai tujuannya. Salah satu faktor penting dalam menciptakan rasa
kepemilikan ini adalah meningkatkan perasaan seluruh anggota organisasi bahwa
perusahaan (organisasi) ini adalah benar-benar merupakan “milik” mereka.
Kepemilikan ini tidak sekedar dalam bentuk kepemilikan saham saja (meskipun
kadangkala ini juga merupakan cara yang cukup membantu), namun lebih berupa
meningkatkan kepercayaan di seluruh anggota organisasi bahwa mereka
benar-benar (secara jujur) diterima oleh manajemen sebagai bagian dari
organisasi. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk itu, mengajak mereka
anggota organisasi untuk terlibat memutuskan penciptaan dan pengembangan
produk baru, terlibat memutuskan perubahan rancangan kerja dan sebagainya.
Bila mereka anggota organisasi merasa terlibat dan semua idenya
dipertimbangkan maka muncul perasaan kalau mereka ikut berkontribusi terhadap
pencapaian hasil. Apalagi ditambah dengan kepercayaan kalau hasil yang
diperoleh organisasi akan kembali pada kesejahteraan mereka pula. | |
2. | Menciptakan
semangat dalam bekerja, cara ini dapat dilakukan dengan lebih
mengkonsentrasikan pada pengelolaan faktor-faktor motivasi instrinsik dan
menggunakan berbagai cara perancangan pekerjaan. Menciptakan semangat kerja
bawahan bisa dengan cara membuat kualitas kepemimpinan yaitu menumbuhkan
kemauan manajer dan supervisor untuk memperhatikan sepenuhnya motivasi dan
komitmen bawahan melalui pemberian delegasi tanggung jawab dan pendayagunaan
ketrampilan bawahan. | |
3. | Keyakinan
dalam manajemen, cara ini mampu dilakukan manakala organisasi benar-benar
telah menunjukkan dan mempertahankan kesuksesan. Manajemen yang sukses
menunjukkan kepada bawahan bahwa manajemen tahu benar kemana organisasi ini
akan dibawa, tahu dengan benar bagaimana cara membawa organisasi mencapai
keberhasilannya, bahkan sampai pada kemampuan menterjemahkan rencana ke dalam
realitas. Pada konteks ini karyawan akan melihat bagaimana ketegaran dan
kekuatan perusahaan dalam mencapai tujuan hingga sukses, kesuksesan inilah
yang membawa dampak kebanggaan pada diri karyawan. Apalagi mereka sadar bahwa
keterlibatan mereka dalam mencapai kesuksesan itu cukup besar dan sangat
dihargai oleh manajemen. | |
Proses
Terjadinya Komitmen Organisasi Minner
dalam Sopiah (2008) secara rinci menjelaskan proses terjadinya komitmen
organisasi, yaitu sebagai berikut: | ||
1. | Pada
fase awal (initial commitment), factor yang berpengaruh terhadap
komitmen karyawan pada organisasi adalah: | |
a. | Karekteristik
individu, | |
b. | Harapan-harapan
karyawan, dan | |
c. | Karakteristik
pekerjaan | |
2. | Fase
kedua sebagai Commitment during early employment. Pada fase ini
kareyawan sudah bekerja beberapa tahun. Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap komitmen karyawan pada organisasi adalah pengalaman kerja yang ia
rasakan pada tahap awal dia bekerja, bagaimana pekerjaannya, bagaimana system
penggajiannya, bagaimana gaya supervisinya, bagaimana hubungan dia dengan
teman sejawat atau hubungan ia dengan pimpinannya. Semua faktor ini akan
membentuk komitmen awal dan tanggung jawab karyawan pada organisasi. | |
3. | Tahapan
yang ketiga yang diberi nama commitment during later career. Faktor
yang berpengaruh terhadap komitmen pada fase ini berkaitan dengan investasi,
mobilitas kerja, hubungan sosial yang tercipta di organisasi dan
pengalaman-pengalaman selama ia bekerja. | |
Manfaat Komitmen dalam Organisasi Manfaat
dengan adanya Komitmen dalam organisasi adalah sebagai berikut: | ||
1. | Para
pekerja yang benar-benar menunjukkan komitmen tinggi terhadap organisasi
mempunyai kemungkinan yang jauh lebih besar untuk menunjukkan tingkat
partisipasi yang tinggi dalam organisasi. | |
2. | Memiliki
keinginan yang lebih kuat untuk tetap bekerja pada organisasi yang sekarang
dan dapat terus memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan. | |
3. | Sepenuhnya
melibatkan diri pada pekerjaan mereka, karena pekerjaan tersebut adalah mekanisme
kunci dan saluran individu untuk memberikan sumbangannya bagi pencapaian
tujuan organisasi. | |
4. | Keyakinan
tentang pentingnya komitmen dalam kaitannya dengan efektivitas organisasi
tampak sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang dilakukan para ahli. | |
a. | Ivancevich
dan Matteson (2002:206) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Chow dan
Holden (1997:275-298) menyimpulkan bahwa : “Research evidence indicates that
the absence of commitment can reduce organizational effectiveness”. | |
b. | Penelitian
yang dilakukan oleh Hom, Katerberg dan Dunham (1987:163-178) memberikan
temuan yang sama bahwa, komitmen terhadap organisasi memiliki hubungan yang
negatif, baik dengan kemangkiran kerja maupun dengan tingkat keluarnya
karyawan. | |
c. | Penelitian
Mathieu dan Zajac (1990:171-199) maupun penelitian De Cottis dan Summers
(1987:445-470), sama-sama menemukan bahwa komitmen individu terhadap
organisasi memiliki hubungan yang positif dengan tingkat performansi kerja. | |
d. | Hasil
penelitian Mayer dan Schoorman (1992:671-684) terhadap 330 karyawan
perusahaan keuangan di Amerika Serikat menemukan terdapat korelasi positif
yang signifikan antara komitmen individu terhadap organisasi dengan tingkat
kinerja maupun dengan tingkat kepuasan kerja. | |
e. | Penelitian
Chow (1994) sebagaimana dikutip Johnson (1995:70) terhadap perusahaan di
Jepang menyimpulkan bahwa, tingginya produktivitas perusahaan di Jepang
didukung secara signifikan oleh tingginya komitmen sumber daya manusianya. | |
Dimensi Dan Indikator Komitmen Organisasi Kreitner
dan Kinicki (2010), menggambarkan tiga dimensi komitmen organisasional,
bersumber dari pendapat Jhon Mayer dan Natalie Allen yaitu: | ||
1. | Komitmen
afektif (affective commitment) Komitmen
afektif (affective commitment) adalah suatu pendekatan emosional dari
individu dalam keterlibatan dengan organisasi, sehingga individu akan merasa
dihubungkan dengan organisasi. Komitmen afektif berkaitan dengan emosional,
identifikasi, dan keterlibatan karyawan di dalam suatu organisasional.
Karyawan dengan afektif tinggi masih bergabung dengan organisasi karena
keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi. | |
a. | Emosional Komitmen
afektif menyatakan bahwa organisasi akan membuat karyawan memiliki keyakinan
yang kuat untuk mengikuti segala nilai-nilai organisasi,
dan berusaha unutk mewujudkan tujuan organisasi sebagai prioritas utama. | |
b. | Identifikasi Komitmen
afektif muncul karena kebutuhan, dan memandang bahwa komitmen terjadi karena
adanya ketergantungan terhadap aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan dalam
organisasi pada masa lalu dan hal ini tidak dapat ditinggalkan karena akan
merugikan. | |
c. | Keterlibatan
karyawan dalam organisasional | |
2. | Komitmen
Normatif (Normative Comitment) Komitmen
normatif merupakan perasaan karyawan tentang kewajiban yang harus diberikan
kepada organisasional. Komponen normatif berkembang sebagai hasil dari
pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang
dimiliki karyawan. | |
a. | Kesetiaan
yang harus diberikan karena pengaruh orang lain Komitmen
yang terjadi apabila karyawan terus bekerja untuk organisasi disebabkan oleh
tekanan dari pihak lain untuk terus bekerja dalam organisasi tersebut.
Karyawan yang mempunyai tahap komitmen normatif yang tinggi sangat
mementingkan pandangan orang lain terhadap dirinya jika karyawan meninggalkan
organisasi. | |
b. | Kewajiban
yang harus diberikan kepada organisasi Komitmen
ini mengacu kepada refleksi perasaan akan kewajibanya untuk menjadi karyawan
perusahaan. Karyawan dengan komitmen normatif yang tinggi merasa bahwa
karyawan tersebut memang seharusnya tetap bekerja pada organisasi tempat
bekerja sekarang. Dengan kata lain komitmen yang ada dalam diri karyawan
disebabkan oleh kewajiban-kewajiban pekerjaan karyawan terhadap organisasi. | |
3. | Komitmen
Berkelanjutan (continuance commitment) Komponen
berkelanjutan berarti komponen yang berdasarkan persepsi karyawan tentang
kerugian yang akan dihadapinya jika meninggalkan organisasi. Karyawan dengan
dasar organisasional tersebut disebabkan karena karyawan tersebut membutuhkan
organisasi. | |
a. | Kerugian
bila meninggalkan organisasi Komitmen
berkelanjutan merujuk pada kekuatan kecenderungan seseorang untuk tetap
bekerja di suatu organisasi karena tidak ada alternatif lain. Komitmen
berkelanjutan yang tinggi meliputi waktu dan usaha yang dilakukan dalam
mendapatkan keterampilan yang tidak dapat ditransfer dan hilangnya manfaat
yang menarik atau hak-hak istimewa sebagai senior. | |
b. | Karyawan
membutuhkan organisasi Karyawan
yang tetap bekerja dalam organisasi karena karyawan mengakumulasikan manfaat
lebih yang akan mencegah karyawan mencari pekerjaan lain. | |
Indikator Komitmen Organisasi Hasan
(2012), mengemukakan ada 5 faktor yang mempengaruhi terhadap komitmen organisasi: | ||
1. | Budaya
keterbukaan Perusahaan
dan karyawan harus saling mendukung dan terbuka dalam urusan pekerjaan
sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam bekerja. | |
2. | Kepuasan Perusahaan
harus dapat memenuhi segala kebutuhan karyawan dalam bekerja agar karyawan
dapat bekerja dengan baik dan memberikan hasil yang terbaik untuk perusahaan. | |
3. | Kesempatan
personal untuk berkembang Karyawan
harus mempunyai keinginan dan kemauan untuk mengembangkan dirinya dengan
memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan karir maupun pendidikan yang
diberikan perusahaan. | |
4. | Disiplin Karyawan
harus disiplin pada dirinya, tugas-tugasnya agar dapat menghasilkan kinerja
yang optimal. | |
5. | Penghargaan
kerja yang sesuai Perusahaan
harus memberikan penghargaan yang sesuai terhadap kinerja yang dihasilkan
karyawan, agar karyawan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. | |
Komitmen
organisasi merupakan hal penting bagi organiasi, terutama untuk menjaga kelangsungan
dan pencapai tujuan. Namun untuk memperoleh komitmen yang tinggi diperlukan
kondisi-kondisi yang memadai untuk mencapainya. Komitmen
organisasi ini merupakan sikap loyalitas pegawai terhadap organisasinya dan
juga merupakan suatu proses mengekspresikan perhatian dan partisipasinya
terhadap organisasi. |
Artikel Terkait