Stres Kerja Menurut Para Ahli

Stres Kerja Menurut Para Ahli > Stres kerja adalah konsekuensi setiap tindakan dan situasi lingkungan yang menimbulkan tuntutan psikologis dan fisik
Sumber gambar : pinterest.com

Stres Kerja Menurut Para Ahli > Stres kerja adalah konsekuensi setiap tindakan dan situasi lingkungan yang menimbulkan tuntutan psikologis dan fisik yang berlebihan pada seseorang. Stres kerja sebagai suatu ketegangan atau tekanan yang dialami ketika tuntutan yang dihadapkan melebihi kekuatan yang ada.

Stres kerja terjadi dari kondisi lingkungan kerja yang bersifat negatif yang dihadapi oleh pegawai atau karyawan dan menimbulkan respons pegawai atau karyawan terhadap kondisi tersebut, baik respons yang bersifat patologik maupun fisiologik, namun timbul atau tidaknya stres kerja ini tergantung persepsi serta reaksi individu terhadap kondisi tersebut. Berikut pengertian stres kerja menurut para ahli.
1.
Sedarmayanti (2011)
Stres kerja adalah suatu kondisi berupa kelebihan tuntutan dan tekanan dari pimpinan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seorang karyawan.
2.
Mangkunegara (2013)
Stres kerja merupakan perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan.
3.
Anoraga (2009)
Stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.
4.
Robbins (2008)
Stres sebagai suatu istilah payung yang merangkumi tekanan, beban, konflik, keletihan, ketegangan, panik, perasaan gemuruh, kemurungan dan hilang daya.
5.
Spears (2008)
Stres kerja sebagai reaksi seseorang terhadap tekanan yang berlebihan atau tuntutan di tempat kerja yang bersifat merugikan.
6.
Siagian (2007)
Stres kerja merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang.
7.
Rivai dan Sagala (2009)
Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan.
8.
Riggio (2003)
Stres kerja didefinisikan sebagai interaksi antara seseorang dan situasi lingkungan atau stresor yang mengancam atau menantang sehingga menimbulkan reaksi pada fisiologis maupun psikologis pekerja.
9.
Veithzal (2004)
Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seorang karyawan, dalam hal ini tekanan tersebut disebabkan oleh lingkungan pekerjaan tempat karyawan tersebut bekerja.
10.
Franz dikutip Tarupolo (2002)
Stres kerja adalah respons penyesuaian terhadap situasi eksternal dalam perkerjaan yang menyebabkan penyimpangan secara fisik, psikologis,dan perilaku pada orang-orang yang berpartisipasi dalam organisasi.

Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja
Menurut Robbins (2002), ada beberapa faktor penyebab stres kerja, yaitu:
1.
Konflik Kerja
Konflik kerja adalah ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota atau kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan sumber daya secara bersama – sama atau menjalankan kegiatan bersama – sama, atau karena mereka mempunyai status, tujuan, nilai – nilai dan persepsi yang berbeda.
2.
Beban Kerja
Beban kerja adalah keadaan dimana karyawan dihadapkan pada sejumlah pekerjaan dan tidak mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya. Karyawan juga merasa tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut karena standard pekerjaan terlalu tinggi.
3.
Waktu Kerja
Karyawan selalu dituntut untuk segera menyelesaikan tugas pekerja sesuai dengan yang telah ditentukan. Dalam melakukan pekerjaannya karyawan merasa dikejar oleh waktu untuk mencapai target kerja.
4.
Sikap Pimpinan
Dalam setiap organisasi kedudukan pemimpin sangat penting,dalam pekerjaan yang bersifat stres, para karyawan bekerja lebih baik jika pemimpinnya mengambil tanggung jawab lebih besar dalam memberikan pengarahan.

Sumber Stres Kerja
Menurut Robbin (2009), ada tiga sumber utama yang mengakibatkan timbulnya stres, yaitu:
1.
Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan. Dalamfaktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menyebabkan stres bagikaryawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepatkarena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena stres.
2.
Faktor Organisasi Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stres, yaitu:

a.
Role Demand
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.

b.
Interpersonal Demand
Mendefenisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan membuat akan menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.

c.
Organizational structure
Mendefenisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak kejelasan dalam struktur pembuatan keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.

d.
Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang diakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi.
3.
Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seeorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya.

Aspek Stres Kerja
Stres kerja dikategorikan dalam beberapa aspek-aspek stres kerja oleh Newman dalam Rice (2002), meliputi:
1.
Aspek fisiologis bahwa stres kerja sering ditunjukkan pada simptoms fisiologis. Penelitian dan fakta oleh ahli-ahli kesehatan dan kedokteran menunjukkan bahwa stres kerja dapat mengubah metabolisme tubuh, menaikkan detak jantung, mengubah cara bernafas, menyebabkan sakit kepala, dan serangan jantung. Beberapa yang teridentifikasi sebagai simptoms fisiologis adalah:

a.
Meningkatnya detak jantung, tekanan darah,dan risiko potensial terkena gangguan kardiovaskuler. 

b.
Mudah lelah fisik

c.
Kepala pusing, sakit kepala

d.
Ketegangan otot

e.
Gangguan pernapasan, termasuk akibat dari sering marah (jengkel).

f.
Sulit tidur, gangguan tidur

g.
Sering berkeringat, telapak tangan berkeringat
2.
Aspek psikologis, stres kerja dan gangguan gangguan psikologis adalah hubungan yang erat dalam kondisi kerja. Simptoms yang terjadi pada aspek psikologis akibat dari stres adalah:

a.
Kecemasan, ketegangan

b.
Mudah marah, sensitif dan jengkel 

c.
Kebingungan, gelisah

d.
Depresi, mengalami ketertekanan perasaan

e.
Kebosanan

f.
Tidak puas terhadap pekerjaan

g.
Menurunnya fungsi intelektual

h.
Kehilangan konsentrasi.

i.
Hilangnya kreativitas.

j.
Tidak bergairah untuk bekerja

k.
Merasa tidak berdaya

l.
Merasa gagal

m.
Mudah lupa

n.
Rasa percaya diri menurun
3.
Aspek tingkah laku (behavioral). Pada aspek ini stres kerja pada karyawan ditunjukkan melalui tingkah laku mereka. Beberapa symptoms perilaku pada aspek tingkah laku adalah:

a.
Penundaan, menghindari pekerjaan,dan absensi.

b.
Menurunnya performansi dan produktivitas.

c.
Makan secara berlebihan / hilang

d.
Tindakan berlebihan

e.
Menurunnya hubungan dengan teman dan keluarga.

f.
Tidak berminat berhubungan dengan orang lain.

Gejala Stres Kerja
Menurut Robbins (2008), gejala stres kerja dapat dikelompokkan dalam tiga kategori umum:
1.
Gejala Fisiologis
Kebanyakan perhatian dini atas stres kerja diarahkan pada gejala fisiologis. Ini terutama karena topik itu diteliti oleh spesialis dalam ilmu kesehatan dan medis. Riset ini memandu pada kesimpulan bahwa stres kerja dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan laju detak jantung dan pernapasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan menyebabkan serangan jantung.
2.
Gejala Psikologis
Stres kerja dapat dapat menimbulkan ketidakpuasan yang berkaitan dengan pekerjaan. Stres kerja dapat muncul dalam keadaan psikologis lain seperti, ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, dan suka menunda – nunda.
3.
Gejala Perilaku
Gejala stres kerja yang dikaitkan dengan perilaku mencakup perubahan dalam produktivitas, absensi, dan tingkat keluar masuknya karyawan, juga perubahan dalam kebiasaan makan, meningkatnya merokok dan konsumsi alkohol, bicara cepat, gelisah, dan gangguan tidur.

Dampak Stres Kerja Pada Karyawan
Dampak stres kerja bagi individu menurut Luthans (2005), antara lain:
1.
Kesehatan
Tubuh manusia dalam mencegah dan mengatasi pengaruh penyakit tertentu, dengan cara memproduksi antibodi sehingga orang yang terkena stres mudah pula terkena penyakit.
2.
Psikologis
Stres akan menyebabkan kekwatiran atau ketegangan secara terus menerus, dan akan menyebabkan kurangnya ketelitian, kerapian dan ketuntasan dalam melaksanakan pekerjaan.
3.
Interaksi Interpersonal
Karyawan yang bekerja di suatu organisasi menunjukan bahwa stres kerja menyebabkan terjadinya ketegangan dan konflik antara pihak karyawan dengan pihak manejemen. Tingginya emosi berpotensi menghambat kerja sama antara individu satu dengan yang lain.

Pendekatan Stres Kerja
Menurut Mangkunegara (2013), ada empat pendekatan terhadap stres kerja, yaitu:
1.
Pendekatan Dukungan Sosial
Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan memberikan kepuasan sosial kepada karyawan. Misalnya: bermain game dan bergurau.
2.
Pendekatan Melalui Meditasi
Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan cara berkonsentrasi ke alam pikiran, mengendorkan kerja otot, dan menenangkan emosi. Meditasi ini dapat dilakukan selama 15-20 menit. Meditasi biasa dilakukan di ruangan khusus. Karyawan yang beragama Islam biasa melakukannya setelah shalat Dzuhur melalui doa dan zikir kepada Allah SWT.
3.
Pendekatan Melalui Biofeedback
Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis. Melalui bimbingan dokter, psikiater, dan psikolog, sehingga diharapkan karyawan dapat menghilangkan stres yang dialaminya.
4.
Pendekatan Kesehatan Pribadi
Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya stres. Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontinyu memeriksa kesehatan, melakukan relaksasi otot, pengaturan gizi, dan olahraga secara teratur.

Menurut Rivai dan Sagala (2009), terdapat dua pendekatan stres kerja, yaitu:
1.
Pendekatan individu meliputi:

a.
Meningkatkan keimanan.

b.
Melakukan meditasi dan pernapasan.

c.
Melakukan kegiatan olahraga.

d.
Melakukan relaksasi.

e.
Dukungan sosial dari teman-teman dan keluarga.

f.
Menghindari kebiasaan rutin yang membosankan.
2.
Pendekatan perusahaan meliputi:

a.
Melakukan perbaikan iklim organisasi.

b.
Melakukan perbaikan terhadap lingkungan fisik.

c.
Menyediakan sarana olahraga.

d.
Melakukan analisis dan kejelasan tugas.

e.
Meningkatkan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan.

f.
Melakukan restrukturisasi tugas.

g.
Menerapkan konsep Manajemen Berdasarkan Sasaran.

Langkah-langkah menghadapi Stres Kerja
Menurut Siagian (2008), ada berbagai langkah yang dapat diambil untuk menghadapi stres para karyawan antara lain:
1.
Merumuskan kebijaksanaan manajemen dalam membantu para karyawan menghadapi berbagai stress.
2.
Menyampaikan kebijaksanaan tersebut kepada seluruh karyawan sehingga mereka mengetahui kepada siapa mereka dapat meminta bantuan dan dalam bentuk apapun jika mereka menghadapi stress.
3.
Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap timbulnya gejala-gejala stres di kalangan para bawahannya dan dapat mengambil langkah-langkah tertentu sebelum stress itu berdampak negatif terhadap prestasi kerja para bawahannya.
4.
Melatih para karyawan mengenali dan menghilangkan sumber stress.
5.
Terus membuka jalur komunikasi dengan para karyawan sehingga mereka benar-benar diikutsertakan untuk mengatasi stres yang dihadapinya.
6.
Memantau terus-menerus kegiatan organisasi sehingga kondisi yang dapat menjadi sumber stres dapat teridentifikasi dan dihilangkan secara dini.
7.
Menyempurnakan rancang bangun tugas dan tata ruang kerja sedemikian rupa sehingga berbagai sumber stres yang berasal dari kondisi kerja dapat teratasi.

Dimensi dan Indikator Stres Kerja
Dimensi dari stres dapat dikelompokkan dalam tiga kategori umum Mangkunegara (2008), yaitu:
1.
Fisiologis (Physiological)
Kondisi fisik dapat merupakan pembangkit stres (stressor). Peneliian dan fakta oleh ahli-ahli kesehatan dan kedokteran menunjukan bahwa stres kerja dapat mengubah metabolisme tubuh, menaikan detak jantung, mengubah cara bernafas, menyebabkan sakit kepala, dan serangan jantung. Beberapa yang teridentifikasi sebagai gejala atau indikator fisiologis adalah:

a.
Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah

b.
Fisik yang mudah lelah

c.
Sakit kepala dan pusing

d.
Ketegangan otot

e.
Gangguan pernafasan

f.
Sulit tidur, gangguan tidur

g.
Sering berkeringat
2.
Psikologis (Psychological)
Stres kerja dan gangguan psikologis adalah hubungan yang erat dalam kondisi kerja. Gejala yang terjadi pada aspek psikologis akibat dari stres kerja adalah:

a.
Kecemasan dan ketegangan

b.
Mudah marah, sensitif dan jengkel

c.
Kebingungan dan gelisah

d.
Depresi dan mengalami tekanan perasaan

e.
Kebosanan

f.
Tidak puas terhadap pekerjaan

g.
Menurunnya fungsi intelektual

h.
Kehilangan konsentrasi

i.
Hilangnya kreativitas

j.
Tidak semangat dalam bekerja
3.
Perilaku (Behavour)
Pada aspek ini stres kerja pada karyawan ditunjukan melalui tingkah laku mereka. Stres yang dapat timbul karena adanya tekanan atau ketegangan yang bersumber pada ketidakselarasannya seseorang dengan lingkungan dan apabila saran dan tuntutan tugas tidak selaras dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang maka ia akan mengalami stres, stres juga dapat melahirkan tantangan bagi yang bersangkutan. Beberapa indikator perilaku tersebut adalah:

a.
Penundaan, menghindari pekerjaan dan absensi

b.
Menurunnya performansi (Prestasi) dan produktivitas

c.
Menurunnya kekuatan kerja dan loyalitas terhadap instansi.

d.
Menurunnya hubungan dengan rekan kerja dan keluarga

e.
Meningkatnya perilaku negatif

Menurut Robbins (2007), indikator dari setres kerja adalah sebagaiberikut:
a.
Gejala fisiologis Stres menciptakan penyakit-penyakit dalam tubuh yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, sakit kepala, jantung berdebar, bahkan hingga sakit jantung.
b.
Gejala psikologis. Gejala yang ditunjukkan adalah ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, suka menunda dan lain sebagainya. Keadaan stres seperti ini dapat memacu ketidakpuasan.
c.
Gejala perilaku Stres yang dikaitkan dengan perilaku dapat mencakup dalam perubahan dalam produktivitas, absensi, dan tingkat keluarnya karyawan. Dampak lain yang ditimbulkan adalah perubahan dalam kebiasaan sehari-hari seperti makan, konsumsi alkohol, gangguan tidur dan lainnya.

Umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri pegawai. Konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya. Konsekuensi pada pegawai ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan sebagainya.

Pengelolaan stres kerja sangatlah penting, Pengelolaan stres kerja yang baik akan berpengaruh positif bagi pegawai atau karyawan. Sedangkan pengelolaan stres yang buruk akan berdampak negatif bagi  tujuan organisasi.


Lebih baru Lebih lama